Demikian disampaikan Ketua Kesekretariatan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Papua Pegunungan, Yomi Kogoya, kepada Tribun-Papua.com, Selasa (31/10/2023).
Melanjut menurut Yulianus Pigome seorang mahasiswa kota studi Gorontalo juga bahwa menjelaskan HIV/AIDS itu terinfeksi melalui cairan/darah dari melalui manusia bersalin intim badan, kemudian dia akan menjadi sel darah putih terjadilah HIV/AIDS. Maka itulah dari hasil HIV berubah menjadi AIDS setelah berjalannya terinfeksi beberapa waktu atau beberapa tahun kemudian dan akan terlihatlah gejalanya HIV/AIDS, ketika itu virus atau bakteri akan menyerang ke seluruh Sistem kekebalan tubuh menurun drastis.
“Penularan HIV/AIDS melalui beberapa hal antara lain; melalui seks bebas, air susu ibu yang sudah terinfeksi, transfusi darah, kemudian yang terakhir penggunaan jarum suntik bekas, dan juga status pola hidup seperti minuman keras, kenakalan remaja, maka itu terjadilah hawa nafsu seksualitas meningkat," ujar Pigome.
"Generasi harus solidkan raga perlawanan kepunahan ras bangsa Papua, virus global bukan konsumen favorit, bukan gaya hidup budaya orang asli Papua, Papua membutuhkan manusia yang sejati,
Mari kita memperluaskan dan menginformasikan kepada generasi Papua untuk melawan HIV/AIDS."
Ada beberapa stadium penderita HIV yang pertama kegiatan dan aktivitasnya normal saja jadi tidak akan terlihat, stadium kedua berat badan akan menurun 10%, stadium ketiga penderita akan mengalami diare.
“Beberapa tanda atau gejala orang yang terinfeksi HIV dan AIDS antara lain “berat badan menurun, keringat berlebihan,” sariawan, tumbuh jamur di tubuh dan kuku jari dan lain sebagainya,” ujarnya.
“Melanjut jika kita ingin menekan angka penderita HIV/AIDS di daerah masing-masing khususnya di daerah Papua beberapa instansi atau lembaga bersepakat kemudian memberikan perawatan khusus dan pemahaman kepada masyarakat secara kemanusiaan untuk menanamkan kesadaran agar hidup bisa terkontrol,” ujar Yulianus Pigome
Pemerintah mustinya memfasilitasi gratis untuk bidang pendidikan dan bidang kesehatan karena kami mahasiswa Papua melihat bahwa di wilayah Papua tidak pernah dilakukan dan prioritas seperti begitu, maka mohon untuk fasilitas baik dan gratiskan kedua hal itu.
"Kita bukan lawan manusianya tapi kita lawan virusnya", HIV/AIDS adalah masalah bersama bagi orang Papua," tuturnya.
Kemudian Menurutnya, minimnya sumber daya manusia (SDM) untuk pentuluhan dan pencegahan HIV-AIDS akan berpengaruh terhadap pertumbuhan masyarakat asli Papua Pegunungan.
Kogoya memandang masih banyak penderita HIV/AIDS yang belum terdeteksi di Papua Pegunungan.
Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk memeriksakan diri ke dokter sebagai upaya pencegahan sejak dini.
"Ayo selamatkan populasi orang Papua Pegunungan sejak dini, jahui seks bebas, setop diskriminasi terhadap ODAH (Orang Dengan HIV/AIDS). Jahui penyakitnya, sayangi orangnya dan kita harus mencegah lebih baik dari pada mengobati," katanya. (*)
Peliput: Yonas Douw
Sumber: Tribunpapua.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar